Mengingat-ingat pertama mengenal cinta alias suka sama orang
Dimulai dari SD, yep suka sama cowok pertama kali pas SD kelas 3 (hihhiiihi cinta monyet)
Kriteria : Cowok kurus, tinggi, putih, GANTENG (versi saya tentunya, yg rada-rada ada chinese nya)
Naik level ke tingkat SMP
Kriteria : hampir samalah dengan SD ya cowok kurus, putih, ga usah terlalu tinggi, ganteng dan pinter
di level ini saya sudah mulai suka dengan smart people
Level SMA
Kriteria : Kurus, putih, pinter, berwibawa
Ga tau kenapa urusan tinggi badan sudah tidak dipikirkan lagi apalagi wajah ganteng...hmm nilai tambah aja. Yang paling penting adalah si dia harus berwibawa
Kuliah
Kriteria : Pinter, berwibawa, berjiwa pemimpin yang bijaksana
Kenapa kriteria kurus hilang, karena saya menggemuk di level ini jadi klo punya cowok kurus bisa angka 10. Putih, ganteng not priority
Kerja, nah ini tahap mulai melacak calon suami karena umur dan desakan keluarga sudah mulai keluar
Kriteria : sama dengan kuliah
Dan apa yg saya dapatkan sebagai jodoh saya ternyata kriteria di atas tidak ada yg bisa mendeskripsikan suami saya.
Saya mengira kriteria diatas merupakan kriteria jodoh sempurna saya. Tapi setelah menikah saya baru paham apa makna jodoh sempurna versi saya.
Tidak ada orang yang sempurna tapi yang ada adalah bagaimana kita membentuk pandangan sempurna itu.
Kalau jodoh yang diberikan begitu sempurna, malah tidak ada proses belajar saling menghargai, menghormati, memahami. Dimana di dalam proses tersebut muncul rasa anyel, sebel, bosen tapi jika rasa-rasa tersebut bisa saya atasi maka poin plus saya adalah menjadi sabar, narima, dan jujur. Lama-kelamaan rasa anyel, sebel, dan bosen berubah menjadi rasa kangen, sayang, dan cinta kasih.
Kompromi mewujudkan kesempurnaan di mata saya
~ Dia tidak sempurna tapi dia yang membuat sempurna hidup saya ~